edit
edit
Neni Wahyuni,mempresentasikan hasil temuannya berupa rancangan software Pang Uten yang bisa mendeteksi dini kebakaran hutan.
Barangkali sulit untuk dibayangkan, malah tidak pernah terpikirkan jika mahasiswa dari sebuah perguruan tinggi swasta di kota kecil Takengon Aceh Tengah mampu meneruskan jejak Kartini. Jejak itu diwujudkannya dalam sebuah rancangan software pendeteksi titik lokasi kebakaran hutan dan ilegal logging. Siapa orang dibalik rancangan software itu?
Dia adalah Neni Wahyuni (25), perempuan perantau asal Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang. Dia bukan anak orang berada yang mengadu nasib ke Takengon. Dia hanya seorang karyawan biasa pada sebuah warung internet (warnet). Gaji sebagai karyawan warnet hanya cukup digunakannya untuk biaya hidup dan tambahan biaya kuliahnya di Fakultas Teknik Universitas Gajah Putih (FT-UGP) Takengon. Begitu menyedihkan jalan hidup perempuan ini.
Siapa duga, perempuan sederhana itu mampu bertahan hidup dari penghasilan seorang karyawan warnet. Meski hidup pas-pasan dan dalam kesulitan, ternyata dia seorang perempuan berotak encer. Seorang “kartini modern” yang berbakat sebagai penemu. Semua terkesima saat dia mempresentasikan hasil penemuannya, 18 Desember 2011 lalu di depan civitas academica FT UGP.
Soalnya, ditengah hiruk pikuk demonstrasi dan aksi mahasiswa, Neni Wahyuni tidak larut dalam aksi-aksi itu. Dia hanya diam dan terus bekerja. Dalam suasana keheningan kampus FT-UGP yang terletak ditengah semak belukar Desa Lapangan Terbang, Kecamatan Pegasing Aceh Tengah, dia terus bekerja menyelesaikan software yang sangat berguna untuk pelestarian lingkungan hidup.
Tak tanggung-tanggung, staf pengajar FT-UGP pernah mendatangkan DR. Onno W Purbo (pakar telematika Indonesia) untuk merancang open BTS. Sebuah sistem telekomunikasi yang bisa digunakan untuk menelepon secara bebas pulsa. Dalam kesempatan itu, para mahasiswa berkesempatan meminta advis dari Onno W Purbo dalam rangka menyelesaikan rancangan software yang sedang dikerjakannya.
Belum lama ini, para mahasiswa FT-UGP juga berhasil menghadirkan orang yang paling bertanggung jawab terhadap keamanan penggunaan internet di seluruh Indonesia, yaitu M. Shalahuddien Manggalany, Wakil Ketua Indonesia Security Incident Team on Internet and Infrastructure (ID-SIRTII). Kehadirannya sebagai pembicara dalam acara Workshop Club Computing di FT UGP. “Mereka tidak suka aksi dan orasi, mereka ingin buktikan penemuannya,” ungkap Zulfikar Ahmad ST, dosen pembimbing Neni Wahyuni,di rumahnya.
Laboratorium IT pada FT UGP berupa ruang sederhana, duduk di atas tikar plastik namun para mahasiswa mampu berkarya
Lalu, apa hasil penemuan seorang Neni Wahyuni? Dia berhasil merancang sebuah software penting untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. Oleh Neni Wahyuni, software ini diberi nama “Pang Uten” yang merupakan sebuah aplikasi komputer untuk mendeteksi kebakaran hutan dan ilegal logging tanpa jasa satelit. Nantinya, software ini akan dibantu dengan fasilitas WiFi yang ditancapkan di kawasan hutan.
Cara kerja software hasil penemuan Neni Wahyuni akan memanfaatkan sensor panas. Informasi dari sensor panas akan dipancarkan oleh WiFi, selanjutnya dikirim ke pusat pengendalian kebakaran hutan, baik di Dinas Kehutanan atau Departemen Kehutanan. “Nanti informasi kebakaran hutan dan ilegal logging yang berasal dari sensor panas akan kita kembangkan lagi supaya kebakaran hutan dan ilegal logging dapat dideteksi lebih dini melalui sensor tekanan,” ungkap Zulfikar Ahmad ST.
Sungguh mengharukan membayangkan kerja keras “kartini modern” bernama Neni Wahyuni. Dia tidak merasa minder meskipun profesinya sebagai perempuan penjaga warnet. Dia benar-benar “kartini modern” yang tidak ingin terkungkung dalam keterbelakangan. Banyak orang yang memiliki tekad seperti Neni Wahyuni, tetapi sedikit yang berbakat sebagai penemu ditengah minimnya fasilitas yang dimiliki perguruan tinggi swasta itu.
Bung Karno pernah menulis motto di tugu Darussalam Banda Aceh tahun 1959. Motto itu berbunyi: “tekad bulat melahirkan perbuatan nyata, Darussalam menuju kepada cita-cita.” Konon, motto itulah menjadi salah satu motivasi Neni Wahyuni untuk menjadi penemu sebuah rancangan software.
“Meskipun dia sebagai mahasiswa dari perguruan tinggi tak terkenal, lalu bekerja sebagai penjaga warnet, toh dia sudah membuktikan karyanya. Kami sangat bangga, dia benar-benar Kartini modern,” imbuh Zulfikar Ahmad ST sambil mengusap matanya yang berkaca-kaca.
sumber
{ 0 komentar... read them below or add one }
Post a Comment