edit
edit
Moshe Kai Cavalin menegaskan bahwa dia bukan seorang “jenius” – meskipun dia meraih gelar sarjana ketika berusia 11 tahun, dan akan segera lulus dari University of California, Los Angeles (UCLA), pada usia 14 tahun.
Remaja muda, yang memiliki ibu keturunan China dan ayah dari Brasil tersebut, mulai belajar pada usia dua tahun dan sama sekali tidak membuang-buang waktu – jadi menyebutnya jenius adalah tidak adil karena dia memang berusaha dari awal.
“‘Jenius’ hanyalah sebuah kata, seperti IQ, itu istilah yang dibuat oleh orang yang hanya mengklasifikasikan satu hal, dan mereka mengabaikan segala sesuatu yang lain yang membentuk seorang individu,” katanya kepada AFP di kantin UCLA.
“Saya tidak suka disebut jenius dan saya tidak ingin disebut seperti itu … Yang saya lakukan adalah mencoba untuk mendapatkan kebijaksanaan melalui pengetahuan dan saya pikir melatih kebijaksanaan jauh lebih baik daripada menjadi jenius,” tambahnya.
Itu sebabnya Moshe Kai menulis buku “We Can Do” – yang pertama kali dirilis dalam bahasa Mandarin di Singapura, Malaysia dan Taiwan, dan bukunya menjadi buku yang laris – dan sekarang diadaptasi ke dalam bahasa Inggris – “Untuk membantu orang tua mendorong anak-anak mereka untuk meraih cita-cita”
“Saya mencapai titik di mana banyak orang menganggap tidak mungkin pada usia saya. Saya mencapai setinggi Bulan, tapi siapa saja yang benar-benar mencoba, bisa mencapai di atas galaksi Bima Sakti,” tulisnya dalam buku tersebut.
Lahir di Los Angeles, Moshe Kai sudah berlatih matematika sederhana pada usia empat tahun, ketika orangtuanya memasukkannya pada program belajar intensif termasuk matematika, musik, seni bela diri dan membaca.
Setelah ditolak oleh sejumlah sekolah yang khawatir ia akan mengalihkan perhatian siswa lain, ibunya Shu Chen Chien dan ayah Yusuf Cavalin memutuskan untuk memberikan dia program home-schooling.
Dengan pengurangan untuk melihat televisi dan bermain videogame,perkembangannya mulai pesat, dia mulai memenangkan kontes internasional seni bela diri, belajar untuk menyelam dan mendaftar di universitas pada usia delapan tahun.
“Saya hanya mengambil keuntungan dari apa yang saya miliki. Semua orang memiliki potensi untuk menjadi istimewa, namun anda harus mengambil keuntungan dari potensi itu,” kata Moshe Kai, yang mengingat semua hadiah ulang tahunnya dan mengatakan film favoritnya adalah “Wall-E”.
“Dan saya pikir semua orang dapat memiliki potensi untuk menjadi seperti saya. Namun mereka tidak mengambil kesempatan itu. Itu sebabnya orang menganggap saya spesial. Saya bekerja keras, saya merencanakan ke depan untuk mencapai tujuan saya untuk kehidupan yang lebih baik. “
Ibunya menampik kritik yang menyebut dirinya “Tiger Mom,” yang memberikan tekanan besar pada anaknya tersebut untuk berhasil
sumber
{ 0 komentar... read them below or add one }
Post a Comment